DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA MENGASIHANI
MASA ADALAH PEDANG
Hargailah masa yang ada utk dakkwah dan jihad fisabilillah...

InsyaAllah blog ini sebagai perkongsian ilmu bersama...
Selamatkan Palestin dengan tangan-tangan kita berjihad menentang Yahudi laknatullah.. Allahuakbar...!!!!

Sabda Rasulullah s.a.w.,

"Sungguh,jika ka'abah diruntuhkan batu demi batu, itu adalah masih ringan disisi ALLAH...berbanding ditumpahkan darah seorang ummat Islam".


Muslim...

Marilah kita sama2 doakan agar saudara seislam kita di filistin mendapat kemenangan,menegakkan agama Islam...jika berkesempatan..marilah sama2 berjuang...

dan tegakkan Khilafah...

sesungguhnya semua ummat Islam itu bersaudara...

DENGARKAN

SI BURUNG KECIL

Friday, February 5, 2010 at 12:37 AM




Burung Kecil Ibrahim AS; sang Khalifah


Tika mana api itu membakar,
Seorang kekasih Allah,
Dia pernah hadir hingga menjadi satu lagenda,
Dengan tetes-tetes kecil air,
Diparuh yang sebentuk,
Kau Sirami keikhlasan pada lautan keengkaran,
Yakin aku, sepertimana terakam dalam kalimat pewaris anBiya',
Namamu telah terpahat di kota-kota syurga,

Namun sang burung kecil,
Ku harap baktimu, tak tersalah tanggapi,
Oleh para khalifah bumi,

Api yang tika dulu membakar Ibrahim,
Ingin ku khabar pada mu; kian marak,
Membakar bukan hanya Nabi,
Bahkan cuba dibakari; Kalam Tuhan,
Juga pewaris nabi,
Juga lisan adabi,
Juga budi insani,

Namun Sang Burung kecil,
Jihadmu, kini menjadi tempelan,
Di lidah-lidah waris Al Anbiya’ yang penuh bebalan,
Para Duat, Juru Islah dan Ulamak,
Engkar pada Amanah kekhalifahan,
Bermujahadah dalam amal sang burung kecil,
dalam jasad kesempurnaan insan,

Sebenar-benarnya mereka,
Melafazkan dari listrik mata haiwani,
Hanya satu citra Wahani,
Yang menutupi landasan imani,
Litupan ilmi,
Jauh dari kelurusan jalan-jalan akhlaki,

Tika itu sang burung kecil,
Belum tentu sang helang akan punya makna,
Jika pun hadirnya ia,
Berhadapan, api baru Ibrahim a.s.,

Telah jelas dari benak fahamku,
Bahawa tetes air menitis dari paruh mu,
... yang sebentuk cuma,
Sudah punya jannah harganya,
Namun malangnya aku,
Tidak lahir seperti kamu,
Kecil, berparuh dan terbang rendah,
Kerana aku seorang manusia,
Dilahir cukup sifatnya

Sang burung kecil,
Mungkin seraya benar, metafora tuhan itu indah,
Namun kebebelan manusia itu juga punya uniknya,
Hingga hanya Tsunami bisa menggerak lidah kepada lafaz bismi,
Astaga yang tidak putus-putus, bertaubat seketika.

Namun bila Tsunami berlalu,
Dilupa pergi,
Tsunami kefasadan, keengkaran dan kemaksiatan berganti,
Dan manusia dihanyutkan oleh kecintaan Duniawi, kecintaan Wahani,
Pewaris al Anbiya’ hanya duduk merenungi, menginsafi,
Bermujadahlah mereka, sekadar burung-burung kecil,

Kuharap kau bisa datang kembali,
Hai Sang Burung Kecil,
Memberi pesan pada para Khalifah bumi,
Pada Amanah yang dicuaikan,
Pada Ibrah yang disalah fahami,
Bahawa mereka bukan kamu,
Dan tidak terangkat taklif,
pada alasan-alasan Wahani,

Maka diamlah kamu disana Sang Burung Kecil,
Berkicauan di Raudatul Jannati,
Moga-moga kami Khalifah Bumi ...
tidak Pasrah meratapi.

Hijrahlah...

Abu Saif al Mahshari
1 Muharam 1431H

0 comments

Post a Comment

Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | XML Coded By Cahayabiru.com | Distributed by Sorpotel Recipe |